Narasi Terakhir

Narasi Terakhir

Di tengah ruang yang temaram, seorang jurnalis duduk di meja kerjanya. Ada tumpukan kertas corat-coretan investigasinya, ada mesin tik yang sudah lama tak berbunyi, ada ponsel dengan layar yang masih sesekali bergetar. Barangkali sebuah kabar, barangkali sebuah ancaman. Tak ada yang tahu pasti.

Dan Hari ini, katanya, Hari Pers. Seharusnya ada perayaan, ada pidato-pidato yang bicara tentang kebebasan, tentang demokrasi, tentang pers yang konon adalah pilar keempat. Tapi yang ada hanya meja kerja yang berantakan, dan ingatan pada mereka yang telah pergi lebih dulu. Mereka yang nama-namanya kini tertulis di batu, bukan di halaman depan surat kabar atau media online.

Jurnalis itu masih mengetik, masih menulis, masih mencari kebenaran di antara ribuan narasi yang bercampur dengan propaganda dan hoaks.

Hari ini, katanya, Hari Pers. Tidak terlihat ada pesta. Tapi ada satu keyakinan yang tak boleh padam, bahwa di tengah segala ketakutan, seseorang harus tetap menulis. Seseorang harus tetap bersaksi. Meskipun itu adalah narasi terakhir.

Ringkasan

Oleh Wawan Isab Rubiyanto pada 09 February 2025, 15:00 WIB

Video Terkait

Spotlights