Quraish Shihab: Memaknai Empat Bentuk Keesaan Allah dalam Kehidupan

Quraish Shihab: Memaknai Empat Bentuk Keesaan Allah dalam Kehidupan

Pemirsa, pada kesempatan ini Prof. Quraish Shihab akan membicarakan tentang Tauhid, keesaan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Perlu kita garis bawahi bahwa rincian penafsiran kalimat ini sangat luas dan bisa saja berbeda, bukan antara satu agama dengan agama lain, tetapi juga dalam pandangan pakar-pakar agama Islam.

Yang jelas, salah satu uraian menyangkut hal tersebut adalah bahwa keesaan Allah itu dimaknai dalam empat bentuk keesaan. Yang pertama, keesaan dzat-Nya, kedua, keesaan sifat-Nya, ketiga keesaan perbuatan-Nya, dan itu semua melahirkan keesaan yang keempat yaitu keesaan dalam beribadah kepada-Nya.

Keesaan dzat-Nya, Dia Maha Esa, tidak terdiri dari bagian-bagian. Saya ibaratkan jam tangan, satu jam tangan yangmana jam tangan ini memiliki banyak bagian-bagian yang tidak dapat dinamai esa. Tuhan Maha Esa dalam dzat-Nya tidak terdiri dari bagian-bagian, tidak terdiri dari oknum-oknum.

Kemudian, ketika kita membicarakan tentang dzat Tuhan, Allah mengingatkan bahwa Laisa Kamitslihi Syai'un tidak ada yang seperti-seperti-Nya, seperti saja tidak ada, apalagi yang seperti Dia, bahkan apalagi yang sama. Apapun yang terbersit di benak Anda tentang dzat Tuhan, Tuhan berbeda dengan itu. Itu sedikit dari makna keesaan dzat-Nya.

Keesaan sifat-Nya, Allah memiliki sifat-sifat, demikian pendapat mayoritas ulama. Sifat-sifat-Nya itu ada yang dilukiskan sama dengan sifat manusia. Allah Maha Mengetahui, manusia pun mengetahui akantetapi pengetahuan manusia jelas berbeda dengan pengetahuan Tuhan.

Manusia dapat lupa, namun Allah tidak lupa. Pengetahuan manusia menyangkut satu obyek sangat terbatas, pengetahuan Tuhan sangat luas. Manusia mengetahui setelah sesuatu terjadi, namun Allah mengetahui sebelum terjadinya sesuatu. Itulah makna dari keesaan sifat-Nya.

Adapun esa dalam perbuatan-Nya, Dialah yang mencipta segala sesuatu, dilukiskan bahwa kalau Allah menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kun, maka terjadilah sesuatu itu.

Saudara, jangan menduga bahwa Allah memerlukan kata kun fayakun, Allah tidak memerlukan kata itu. Itu hanya penggambaran buat manusia bahwa jika Allah menghendaki sesuatu itu dapat terjadi dengan sangat mudah, semudah Anda mengucapkan kata kun dan sangat cepat, secepat selesainya ucapan kun.

Walaupun harus diketahui bahwa apa yang diciptakan Allah itu, ada yang karena kehendak-Nya memakan waktu yang lama, seperti penciptaan alam raya.

Dan yang terakhir, keesaan dalam beribadah kepada-Nya. Allah tidak menerima suatu ibadah di mana Dia dipersekutukan, Aku adalah sebaik-baik yang dipersekutukan, siapa yang mempersekutukan Aku dengan sesuatu, maka bagian-Ku, Kuserahkan kepada sekutu-Ku, demikian firman Allah. Dia tidak menerima, kecuali yang tulus beribadah kepada-Nya dan itu dilakukannya semata-mata karena Allah atau apa yang pernah kita katakan lillahi ta'ala. Semogga kita dapat memahami hal ini dan menghayatinya. Demikian kajian Mutiara Hati dari Prof. Quraish Shihab.

Ringkasan

Oleh Didi N pada 05 April 2023, 12:00 WIB

Video Terkait

Spotlights